contoh KARYA TULIS ILMIAH tentang PEDOMAN PENULISAN PUISI AKROSTIK



PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI BEBAS DENGAN TEKNIK MENULIS PUISI AKROSTIK PADA SISWA SMP DAN SMA

KARYA ILMIAH
DISUSUN UNTUK MEMENUHI SALAH SATU TUGAS MATA KULIAH BAHASA INDONESIA
DOSEN : Drs. H. NASARUDDIN M. Ali, BA, M. Pd.

Description: logo-unram-warna.jpg
                                      
DISUSUN OLEH:
B. HAPIZATUL A. AHMADI
A1B014020
MANAJEMEN B




S1 MANAJEMEN REGULER PAGI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MATARAM
2014




KATA PENGANTAR

Puji syukur yang sebesar-besarnya penulis panjatkan atas kehadirat Allah S.W.T.  yang telah memberikan taufik dan hidayah-Nya serta dengan izin-Nyalah penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi Bebas dengan Teknik Menulis Akrostik pada Siswa SMP dan SMA.
Shalawat dan salam penulis sampaikan kepada junjungan alam, yakni Nabi besar Muhammad S.A.W. karena karakteristik ahlak mulia dari beliaulah kita dapat merealisasikan kehidupan menurut petunjuk-petunjuk yang tertuang jelas dalam Al-Qur’an dan hadist.
Karya Ilmiah “Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi Bebas dengan Teknik Menulis Akrostik pada Siswa SMP dan SMA”. Dalam penyelesaian karya ilmiah ini, penulis banyak mengalami kesulitan. Hal ini disebabkan oleh terbatasnya ilmu pengetahuan dan sarana dan prasarana yang dimiliki penulis. Namun, berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya karya ilmiah ini dapat terselesaikan. Karena itu, sudah sepatutnya penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1.      Bapak Prof. Ir. H. Sunarpi, Ph.D. selaku Rektor Universitas Mataram.
2.      Bapak Prof. Drs. H. Thatok Asmony, MBA. BDA. selaku Dekan Fakultas Ekonomi.
3.      Bapak Drs. Djoko Suprayetno, M.Si. selaku Ketua Jurusan Manajemen.
4.      Ibu Dr. Ni Ketut Surasni, M.Si. selaku dosen Pembimbing Akademik.
5.      Bapak  Drs. H. Nasaruddin  M. Ali, BA, M.Pd. selaku pembimbing mata kuliah Bahasa Indonesia, yang telah memberikan tugas untuk membuat karya ilmiah ini sehingga penulis bisa merasakan manfaatnya yang begitu besar, yakni dapat menambah ilmu pengetahuan yang dimiliki penulis.
6.      Dosen-dosen administrasi yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
7.      Ibu Siti Mainah, S.Pd. selaku salah satu guru di SMA Negeri 01 Sikur yang telah memberikan motivasi dan bersedia menjadi narasumber bagi penulis dalam penyusunan karya ilmiah ini.
8.      Orang tua penulis, Lalu Akhmadi Azhar dan Baiq Fatmawati Qadir, yang senantiasa memberikan motivasi dan do’a tanpa henti agar penulis bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu.
9.      Sahabat-sahabat penulis, Rahmat Wahyu Hadi, Rohmi Sri Hidayani, Yuliana, Baiq Tatas Tresna, Lale Nonik Hidayati, dan Rizka Mulyaningsih yang senantiasa memberikan motivasi dan menjadi sumber inspirasi bagi penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.       
Segala sesuatu yang salah datangnya hanya dari manusia dan seluruh hal yang benar datangnya hanya dari Allah SWT, meski begitu tentu karya ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun dari semua pihak teramat sangat penulis  harapkan demi perbaikan pada karya ilmiah selanjutnya. Harapan penulis semoga kaya ilmiah ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya. 
                                                                                                           
 Mataram, 2 Desember 2014
                                                                                                                                   

                                                                            Penulis








BAB I
PENDAHULUAN

1.1.            Latar Belakang Permasalahan
Dalam pembelajaran bahasa Indonesia   tidak  lepas  dari  empat keterampilan. Keempat keterampilan berbahasa tersebut meliputi menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Dengan penguasaan keterampilan menulis, diharapkan siswa dapat   mengungkapkan gagasan, pikiran, dan perasan yang dimilikinya setelah menjalani proses pembelajaran dalam berbagai jenis tulisan. Ada beberapa jenis tulisan dalam pembelajaran menulis. Salah satu tulisan tersebut adalah karya sastra. Karya sastra adalah hasil cipta atau karsa  seseorang  yang bersifat imajinatif dan menggunakan bahasa sebagai media penyampaiannya. Bersifat imajinatif artinya mengandung satu daya ungkap yang besar dalam melukiskan atau mengungkapkan hakikat kehidupan. Salah satu bentuk karya sastra ini adalah puisi. Dalam pembelajaran menulis puisi, siswa diharapkan mampu menuliskan apa yang dirasa, atau apa yang dipikirkan dalam bahasa yang indah yang   mengandung   makna. Kemampuan menulis puisi merupakan salah satu materi pembelajaran menulis sastra  yang diajarkan pada siswa Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas.
Nilai siswa dalam pembelajaran menulis masih rendah, khususnya menulis     puisi  tampak dari  beberapa penelitian, seperti  penelitian yang dilakukan oleh Sri Nani Engreny dengan skripsinya yang berjudul “Upaya  Peningkatan       Kemampuan Menulis Puisi Dengan Gambar Melalui Pengembangan Fantasi   Spontan   Pada   Kelas  I  SMA  Negeri  5”  dan  yang  dilakukan oleh Maya Susanti dalam skripsi yang berjudul “Kemampuan  Menulis   Puisi   Siswa   Kelas   VII   SMPN   13   Kota   Bengkulu Berdasarkan Pengamatan  Objek  Secara  Langsung  Di  Lingkungan  Sekolah” serta penelitian yang dilakukan oleh Ni Komang Rai Nuratni, Gde Artawan, dan Ida Bagus Sutresna dengan skripsi yang berjudul “Kajian puisi akrostik dengan pendekatan parafrasa untuk meningkatkan kemampuan memahami puisi siswa kelas VIII.C di SMP Negeri 7 Singaraja” Ketiga penelitian ini menunjukan bahwa keterampilan menulis puisi siswa masih perlu untuk ditingkatkan. Hal serupa juga ditemukan di SMA Negeri 1 Sikur,  dari hasil wawancara penulis dengan Ibu Siti Mainah, S.Pd, seorang guru mata   pelajaran   bahasa dan sastra    Indonesia    kelas  X.3   SMA      Negeri   1 Sikur, diperoleh fakta bahwa kemampuan menulis puisi siswa masih rendah. Tidak   sedikit   siswa   yang   merasa   kesulitan   menuangkan   ide   dan mengungkapkan perasaan mereka    melalui    sebuah    rangkaian    kata  atau bahasa puisi. Salah   satu   penyebab   rendahnya   nilai   siswa   dalam   menulis puisi yaitu,    metode   ataupun cara  pengajaran yang   kurang  bervariasi.   Cara ataupun teknik pengajaran menulis puisi yang bervariasi sangat menunjang minat dan gairah belajar siswa. Selain itu, pembelajaran puisi di sekolah lebih  banyak   ditekankan atau dititikberatkan pada pengenalan teori-teori puisi yang verbalisme sedangkan proses pembelajaran menulis itu sendiri diabaikan.
Salah satu cara untuk meningkatkan minat dan gairah belajar siswa dalam     menulis   puisi,   yaitu   menggunakan       cara  yang    menarik. Salah satu cara yang dapat digunakan dalam pembelajaran menulis puisi yaitu melalui teknik akrostik (penguraian nama diri). Kelebihan cara ini yaitu sangat cocok   diterapkan   bagi   para   penulis   puisi   pemula   atau   siswa   yang   masih kesulitan      dalam     menulis     puisi,   karena     dengan     cara   ini    mereka mendapatkan stimulus  dari nama diri dan kemudian mereka kembangkan setiap   huruf   pada   setiap   larik   sampai   menjadi   sebuah   puisi   yang   utuh. Dengan   menggunakan   cara penguraian   nama   diri,   siswa  akan   merasakan pembelajaran yang   menyenangkan dan   terkesan   tidak   monoton    karena telah memiliki acuan berpikir yang sistematis dalam menulis puisi itu. Hal    ini dimaksudkan bahwa mereka hanya perlu mengembangkan setiap huruf yang ada pada nama diri masing-masin. Dengan penguraian nama diri diharapkan siswa dapat menggali ide, dan berimajinasi tinggi dengan uraian nama diri masing-masing serta akan lebih terarah.

1.2.            Rumusan Masalah
Berdasarkan latar  belakang yang dikemukakan  di  atas,  masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.
“Apakah menulis puisi dengan teknik menulis puisi akrostik dapat meningkatkan kemampuan menulis puisi bebas pada pelajar SMP dan SMA?“
1.3.            Tujuan Penelitian
1.3.1.      Tujuan Penelitian Secara Teoretis
a.  Penelitian   ini   dapat   dijadikan   sebagai   referensi   untuk   penelitian selanjutnya.
b.  Penelitian ini dapat menambah pengetahuan guru dalam pemilihan metode pada pembelajaran menulis puisi.
1.3.2.  Tujuan Penelitian Secara Praktis
a.  Bagi siswa
1.   Pembelajaran      menulis    akan    lebih   bermakna,      dalam    arti pembelajaran menulis dapat lebih mengasyikkan   dan membuat siswa termotivasi untuk menulis, khususnya menulis puisi.
2.  Melatih siswa untuk berpikir kreatif dan imajinatif.
3.  Meningkatkan kemampuan menulis puisi siswa.
b.  Bagi guru
1.  Mendorong guru untuk melaksanakan pembelajaran yang inovatif dan kreatif.
2.  Sebagai alternatif  bagi    guru   dalam     memilih    teknik pembelajaran menulis puisi.
1.4.      Manfaat Penelitian
1.4.1.   Manfaat Penelitian Secara Umum
Secara umum, penelitian ini bermanfaat sebagai bahan pertimbangan dan acuan untuk penelitian lebih lanjut.
1.4.2.      Manfaat Penelitian Secara Khusus
Secara khusus, penelitian ini bermanfaat sebagai penambah ilmu pengetahuan dan wawasan penulis.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. MENULIS
        Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2007: 1219), menulis didefinisikan sebagai kegiatan melahirkan pikiran/ perasaan (seperti mengarang, membuat surat) dengan tulisan. Menulis adalah kemampuan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung atau tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis termasuk kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam wikipedia, menulis didefinisikan sebagai suatu kegiatan untuk menciptakan suatu catatan atau informasi pada suatu media dengan menggunakan aksara. Menulis merupakan proses kreatif yang harus dilalui secara bertahap sampai terwujudnya sebuah karya tulis. Proses penulisan secara garis besar dapat dibagi dalam tiga tahap, yaitu tahap pratulis, tahap penulisan, dan tahap pascatulis (Wahida, 2010: 12). Menulis memiliki banyak keunikan dan manfaat, apalagi jika dinikmati. Keunikan dan manfaat mendasar dari kegiatan menulis adalah melahirkan kepuasan batin.
2.2. PUISI
         Tujuan umum pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia adalah agar siswa dapat mengungkapkan pengalamannya dalam bentuk tulisan yang menarik, termasuk puisi. Sebagai salah satu bentuk karya sastra, menulis puisi pun mengikuti kaidah pembelajaran sastra. Orientasi pembelajaran menulis puisi tidak jauh berbeda dengan pembelajaran sastra yang lain, yaitu peserta didik diajak langsung berkenalan dengan karya sastra. Puisi adalah karya sastra dengan bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, dan diberi irama dengan bunyi yang padu dan pemilihan kata-kata kias atau imajinatif (Waluyo, 2005: 1). Walaupun singkat atau padat, puisi memiliki kekuatan. Adapun berbagai pendapat sastrawan dunia tentang puisi (Djojosuroto, 2006: 10) adalah sebagai berikut :
• Kalau aku membaca sesuatu dan dia membuat tubuhku begitu sejuk hingga dapat memanaskan aku, tiada api yang maka aku tahu bahwa itu adalah puisi. Hanya dengan cara inilah aku mengenal puisi. (Emily Dickennson).
• Puisi adalah kata-kata terindah dalam susunan terindah. Penyair memilih kata-kata yang setepatnya dan disusun sebaik-baiknya, misalnya seimbang, simetris, antara satu unsur dengan unsur lain sangat erat hubungannya, dsb. (Samuel Taylor Coleridge)
         Dari berbagai definisi di atas, seperti dikemukakan Shanon Ahmad (Pradopo, 2005:7) bila unsur-unsur dari berbagai pendapat itu dipadukan, akan diperoleh garis-garis besar tentang pengertian puisi. Unsur-unsur tersebut berupa emosi, imajinasi, pemikiran, ide, nada, irama, kesan pancaindera, susunan kata-kata, kata-kata kiasan, kepadatan, dan perasaan yang bercampur baur. Dengan demikian, dapat disimpulkan ada tiga unsur yang pokok dalam puisi, yaitu hal yang meliputi pemikiran, ide, atau emosi, bentuk puisi dan kesan dari puisi. Struktur fisik puisi dibangun oleh diksi, bahasa kias (figurative language), pencitraan (imagery), dan persajakan. Sedangkan struktur batin puisi dibangun oleh pokok pikiran, tema, nada (tone), suasana (atmosphere) dan amanat (message). Menurut Bouton (Djojosuroto,2006: 16), diksi merupakan esensi seni penulisan puisi. Ada pula yang menyebut diksi sebagai dasar bangunan puisi. Kata-kata yang dipilih penyair sesuai perasaan dan nada puisi. Nada dan perasaan penyair menentukan pemilihan kata. Jika dihubungkan dengan lambang, sebuah kata mungkin melambangkan sesuatu, efek yang dihasilkan oleh kata tertentu akan mempunyai makna tertentu pula. Gaya bahasa dalam puisi digunakan untuk menghasilkan kesenangan yang bersifat imajinatif, menghasilkan makna tambahan, menambah intensitas, konkret sikap dan perasaan penyair serta memadatkan makna yang diungkapkan. Gaya bahasa atau majas dapat dibagi menjadi dua bagian pokok, yaitu pengiasan dan pelambangan. Dua jenis majas yang kerap digunakan dalam puisi adalah metafora dan personifikasi. Metafora adalah ungkapan kebahasaan yang tak dapat diartikan secara langsung dari lambang yang dipakai karena makna yang dimaksud terdapat pada predikasi ungkapan kebahasaan tersebut. Personifikasi adalah jenis bahasa kias yang mempersamakan benda dengan manusia, benda-benda mati dapat berbuat, berpikir sebagaimana seperti manusia. Untuk menggambarkan sesuatu secara lebih jelas, penyair biasanya menggunakan kata-kata konkret yang lebih sulit ditafsirkan bagi pembaca dan pengimajian. Pengimajian adalah kata atau susunan kata yang dapat memperjelas apa yang dinyatakan oleh penyair. Melalui pengimajian, apa yang digambarkan seolah-olah dapat dilihat, didengar, atau dirasa.
Adapun langkah-langkah menulis puisi bebas adalah sebagai berikut.
1. Menentukan tema.
2. Menuliskan baris demi baris dan bait demi bait dengan pilihan kata yang tepat sehingga tercipta sebuah puisi.
3. Mengoreksi kembali antara ketepatan diksi dengan makna.
4. Memadatkan kata-kata dalam puisi tanpa mengurangi makna.
2.3. TEKNIK MENULIS PUISI ARKOSTIK
        Arkostik berasal dari bahasa Yunani, Akrostichis, yang artinya sajak dengan huruf awal baris menyusun sebuah kata atau kalimat. Puisi akrostik menggunakan huruf dalam sebuah kata untuk memulai setiap baris dalam puisi, semua baris dalam puisi menceritakan atau mendeskripsikan topik kata yang penting. Puisi akrostik berbeda dengan puisi lain karena huruf-huruf pertama tiap baris mengeja sebuah kata yang dapat dibaca secara vertikal. Pola rima dan jumlah baris dalam puisi akrostik dapat bervariasi karena puisi akrostik lebih dari puisi deskriptif yang menjelaskan kata yang dibentuk. Siswa akan lebih mudah menyusun kata-kata dalam puisi arkostik karena sudah ada rangsangan sebelumnya dari huruf awal yang disusun secara vertikal dan membentuk kata. Puisi akrostik ini merupakan salah satu kegiatan menulis puisi yang paling sukses untuk penulis pemula.
BAB III
PEMBAHASAN
       Berdasarkan data yang diperoleh penulis dalam penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya di SMP dan SMA di berbagai daerah, didapatkan informasi bahwa kemampuan siswa SMP dan SMA dalam menulis puisi bebas dapat ditingkatkan dengan metode penulisan puisi akrostik.
       Heriyanto, mahasiswa Universitas Bengkulu dalam skripsinya yang berjudul, “Kemampuan Menulis Puisi Melalui Penguraian Nama Diri Sisiwa Kelas X.A SMA Negeri 09 Kota Bengkulu Tahun Ajaran 2013/2014”, menyimpulkan bahwa kemampuan siswa dalam menulis puisi bebas dapat ditingkatkan melalui metode penulisan puisi akrostik. Kemudian penelitian selanjutnya dilakukan oleh Wayan Pageyasa, mahasiswa Universitas Negeri Jakarta dengan judul,“Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas VIII SMP Negeri 01 Loea dengan Teknik Menulis Puisi Akrostik”, menyebutkan bahwa kemampuan siswa dalam menulis puisi bebas dengan teknik menulis puisi akrostik terus mengalami peningkatan pada setiap tahapan kegiatan menulis puisi.
 3.1. Langkah-Langkah Penulisan Puisi Akrostik
      Menurut Salam dalam Rihanah (2012:49) penerapan teknik akrostik dalam pembelajaran menulis puisi dapat dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu:
a.                   Menentukan judul puisi.
Siswa memilih satu pengalaman yang menarik untuk dijadikan judul puisi.pengalaman tersebut akan membantu pesdik untuk mengembangkan ide.
b.                  Menentukan judul puisi tersebut secara vertikal.
Judul dibuat vertikal untuk membantu memudahkan dalam menentukan kata pertama untuk mengawali setiap baris puisi.
c.                   Menyusun diksi ke dalam huruf-huruf yang telah disusun secara vertikal.
Mengaitkan huruf awal dengan diksi yang telah ada dan melanjutkan kata pertama tersebut menjadi kata-kata yang indah tiap barisnya.
d.                  Tahap penyuntingan.
Pada   tahap   penyuntingan,  siswa  membaca   kembali   puisi   yang   telah ditulisnya seperti mengganti, menghapus dan menambahkan kata-kata dalam puisi. selanjutnya siswa menyalin puisi tersebut dengan rapi.
3.2. Kelebihan dalam Penggunaan Teknik Menulis Puisi Akrostik
Cara ini menawarkan kepada siswa untuk lebih kreatif memilih dan merangkai kata, ketajaman  dan   kekuatan   merentangkan    imajinasinya, sehingga cara ini memberikan kesan yang berbeda dan unik.
Fauji’ah (2012: 112) mengatakan bahwa kelebihan cara ini adalah sebagai berikut.
1.  Memudahkan untuk mengembangkan ide.
2.  Memudahkan dalam membuat kalimat dengan adanya  huruf awal sebagai kata bantu.
3.  Memudahkan untuk mengembangkan kosakata dan
4.  Mempercepat  dalam   menulis   puisi  dengan  adanya   metode tersebut.
3.3. Kekurangan dalam Penggunaan Teknik Menulis Puisi Akrostik
Kekurangan dalam metode ini adalah sebagai berikut:
1.  Kurang bebas mengembangkan kata-kata, karena terpaku pada satu huruf awal.
2.  Kesulitan menggabungkan kata awal dengan kata selanjutnya.
        




BAB IV
PENUTUP
4.1. KESIMPULAN
Berdasarkan wawancara, penelitian, serta pembahasan serangkaian analisis data-data yang diperoleh, maka penulis menyimpulkan bahwa kemampuan siswa dalam menulis puisi bebas dapat ditingkatkan dengan teknik menulis puisi akrostik.
4.2. SARAN-SARAN
Berdasarkan   hasil   simpulan   maka   saran   yang  penulis rekomendasikan   adalah   sebagai  berikut:
4.2.1. Dalam meningkatkan keterampilan guru pada pembelajaran menggunakan teknik akrostik sebaiknya :
(a). Guru harus memilih media dan sumber belajar yang tepat untuk siswa agar pembelajaran menjadi lebih optimal;
(b). Guru harus melibatkan siswa secara aktif mulai dari awal, proses, hingga akhir pembelajaran agar siswa merasa lebih dihargai dan diperhatikan sehingga hasil belajar lebih meningkat;
(c). Guru harus membimbing siswa dalam kegiatan menulis puisi berulang-ulang secara merata seluruh siswa.
4.2.2. Dalam meningkatkan       aktivitas   siswa   pada   pembelajaran      menggunakan        teknik   akrostik sebaiknya:
(a). Siswa   harus   lebih   aktif,   kreatif,   berani   menyampaikan pertanyaan   dan   pendapat   dalam   proses   pembelajaran;
(b). Siswa   memeriksa   kembali   puisi yang telah dibuat;
(c). Siswa mulai membiasakan diri menggunakan bahasa Indonesia sesuai EYD agar kosa kata semakin banyak;
4.2.3. Dalam   meningkatkan   keterampilan   siswa   menulis   puisi   dengan   teknik   akrostik, sebaiknya:
(a). siswa dilatih untuk memperbanyak perbendaharaan kosa kata, dan menulis puisi yang sistematis;
(b). siswa dibiasakan untuk menggunakan tanda baca dan ejaan dengan benar sesuai EYD.
4.2.4. Hendaknya penelitian ini bisa dijadikan sebagai acuan, pedoman, serta bahan perbandingan untuk menambah wawasan penelitian yang dilakukan.
4.3. LAMPIRAN                                       
Sebagai bukti kesungguhan dan keseriusan penulis dalam membuat karya ilmiah ini, maka penulis melampirkan satu contoh puisi akrostik karya penulis sendiri sebagai berikut:
Bait Suci, pada yang kucinta…
Karya: B. Hapizatul A. Ahmadi
Rahmat Tuhan, begitu kulukis hadirmu dalam hidupku
Angin mendesir, awan menghilir, membuka tabir cakrawala membiru
Hiasi hati tatkala kusebut namamu dalam damai sujudku

Mata terpejam, saat kuhirup sajak angin pada kelopak mawar biru
Antarkan aku pada bayang seorang insan yang selalu hadir dalam mimpiku
Tanyaku,”Tuhan, mengapa bayangnya terus memburu?”

Wahyu, Wahyu, Wahyu, namamu terselip dalam, jauh kedalam teduh naluri
Ada diantara sujud dan do’a, hadir dalam tiap detik dzikir detak jantungku
Hingga akhirnya aku tersadar, dari bayangmu aku takkan mampu berlari

Ya Allah, Dzat yang menciptakan cinta dalam jiwaku
Uraikanlah ridha-Mu pada rasa ini dalam tiap langkah dan gerak jemari

Haadiiku, kuberharap kaulah imam terbaik dalam shalat juga hidupku
Arahkan langkah menuju ridhaNya dalam rekah bahagia dan gundah lara
Demi Dzat yang menciptakan cinta, sungguh kucintaimu dengan cintaNya
Inilah sajak kecil untukmu, yang coba kuungkap dengan kata tanpa suara
DAFTAR PUSTAKA
Aminuddin. 2002.  Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru.
Arifin, E. Zaenal dan Tasai S. Amran. 2009. Cermat Berbahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Akademika Pressindo
Arikunto, Suharsimi, dkk. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara
Bendi, Sugono. 1994. Berbahasa Indonesia dengan Benar. Jakarta: Puspa Swara
Damayanti, D. 2013.  Buku Pintar Sastra Indonesia. Yogyakarta: Araska
Djojosuroto, Kinayati. Pengajaran Puisi  Analisis dan Pemahaman. Bandung: Nuansa
Doyin, mukh., dkk. 2002. Bahasa Indonesia dalam  Penulisan Karya Ilmiah. Semarang: Nusa Budaya
Keraf, Gorys. 2006. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Pradopo, Rachmat Djoko. 2005. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Rofi’uddin. 1998. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi. Jakarta: Depdikbud
Sunarti. 2009. Bahasa Indonesia Ilmiah. Yogyakarta: Andi Offset
Tarigan, Henri Guntur. 1984. Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa
Waluyo, Herman. J. 2005. Apresiasi Puisi untuk Pelajar dan Mahasiswa. Jakarta:   PT   Gramedia   Pustaka Utama
Wiyanto, Asul. 2005. Kesusteraan Sekolah; Penunjang Pembelajaran Bahasa Indonesia SMP dan SMA. Jakarta: PT Gramedia Widia Sarana Indonesia





Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "contoh KARYA TULIS ILMIAH tentang PEDOMAN PENULISAN PUISI AKROSTIK"

Posting Komentar